TEORI PEMBELAJARAN VYGOTSKY
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori perkembangan
kognitif Jean Piaget (1896-1980) membahas munculnya dan diperolehnya skema
tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan
informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang
berarti tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif
sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), Piaget berpendapat bahwa
kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan
sendirinya terhadap lingkungan. Piaget berpikir sebagaimana tubuh fisik kita
memiliki struktur yang memampukan kita beradaptasi dengan dunia.
Piaget menekankan bahwa
anak-anak secara aktif membangun dunia kognitif mereka sendiri, informasi dari
lingkungan tidak begitu saja dituangkan ke dalam pikiran-pikiran mereka. Teori
Jean Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang
kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak didik dengan lingkungannya.
Kecerdasan merupakan proses yang berkesinambungan yang membentuk struktur yang
diperlukan dalam interaksi terus menerus dengan lingkungan. Struktur yang
dibentuk oleh kecerdasan, pengetahuan sangat subjektif waktu masih bayi dan
masa kanak–kanak awal dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.
Lev Vygotsky (1896-1934)
berpendapat bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang
dalam suatu situasi sosial yang hampa. Vygotsky adalah pengagum Piaget.
Walaupun setuju dengan Piaget bahwa perkembangan kognitif terjadi secara
bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, tetapi Vygotsky
tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendiri
dan membentuk gambaran realitas batinnya sendiri. Teori Vygotsky menawarkan
suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari
kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana
proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran
melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa,
sistem matematika, dan alat-alat ingatan.
Penekanan Vygotsky pada
peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan kognitif berbeda dengan
gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang kesepian. Piaget
memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan individual, sedangkan
Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam
memudahkan perkembangan si anak. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan
fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar
dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental
yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah.
Tujuan belajar yang
paling utama adalah apa yang dipelajari itu berguna dikemudian hari, yakni
membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Hal ini
dikenal sebagai transfer belajar. Apa yang kita pelajari dalam situasi tertentu
memungkinkan kita untuk memahami hal-hal lain. Transfer inilah yang menjadi
inti dalam proses belajar.
Demikian pula dengan tujuan pelajaran bukan hanya penguasaan prinsip-prinsip yang fundamental, melainkan juga mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar, penelitian, penemuan, serta pemecahan masalah atas kemampuan sendiri. Menyajikan konsep-konsep yang fundamental saja tidak dengan sendirinya menimbulkan sikap demikian. Masih perlu penelitian dalam soal ini. Namun dianggap proses menemukan sendiri akan menimbulkan sikap demikian.
Untuk itu penulis akan mengemukakan salah satu metode belajar yakni teori belajar Vygotsky yang sekiranya mampu mengatasi hal-hal diatas.
Demikian pula dengan tujuan pelajaran bukan hanya penguasaan prinsip-prinsip yang fundamental, melainkan juga mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar, penelitian, penemuan, serta pemecahan masalah atas kemampuan sendiri. Menyajikan konsep-konsep yang fundamental saja tidak dengan sendirinya menimbulkan sikap demikian. Masih perlu penelitian dalam soal ini. Namun dianggap proses menemukan sendiri akan menimbulkan sikap demikian.
Untuk itu penulis akan mengemukakan salah satu metode belajar yakni teori belajar Vygotsky yang sekiranya mampu mengatasi hal-hal diatas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori pembelajaran menurut Vygotsky?
2. Bagaimana tingkat pengetahuan menurut Vygotsky?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Teori belajar menurut Vygotsky
2. Untuk mengetahui Tingkat pengetahuan menurut Vygotsky
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil singkat vygotsky.
Nama lengkapnya adalah
lev semyonovich vygotsky. Ia dilahirkan di salah satu kota tsarist Russia,
tepatnya pada 17 november 1896. Dan berketurunan yahudi, ia tertarik pada
psikologi saat berusia 28 thn, sebelumnya, ia lebih menyukai dunia sastra.
Awalnya ia mnjadi guru
sastra disebuah sekolah, namun pihak sekolah juga memintanya untuk mengajarkan
psikolog. Padahal, ia sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan formal
difakultas psikologi sebelumnya. Namun, inilah sekenario yang membuatnya
menjadi tertarik untuk menekuni psikologi, hingga akhirnya ia melanjutkan
kuliah deprogram studi psikologi Moscow institute of psychology pada tahun
1925. Judul disertasinya mengenai “psychology of art”.
Vygotsky dalam
menyalurkan pemikiran-pemikirannya didunia psikologi kerap menghadapi rintangan
oleh pemerintah rusia saat itu. Perkembangan pemikirannya baru meluas setelah
ia wafat pada tahun 1934, dikarenakan menderita penyakit TBC.
B. Teori perkembangan kognitif vygotsky
Membincangkan
perkembangan kognitif akan lebih baik bila merujuk langsung pada konsep-konsep
yang ditulis oleh para pakarnya. Karena mereka telah melakukan analisis lebih
jauh. Analisis yang dilakukan pun telah diuji oleh banyak pihak. Teori
perkembangan kognitif vygotsky kerap dijadikan salah satu bahasan kajian.
Alasannya, ia memiliki penilaian tersendiri yang membedakannya dengan para
tokoh yang lain.
Menurut Vygotsky,
perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seorang seturut dengan teori
sciogenesis. Dimensi kesadaran social bersifat primer, sedangkan dimensi
individualnya bersifat derivative atau merupakan turunan dan bersifat skunder.
Artinya, pengetahuan dan pengembangan kognitif individu berasal dari
sumber-sumber social di luar dirinya. Hal ini tidak berarti bahwa individu
bersikap pasif dalam perkembangan kognitifnya, tetapi Vygotsky juga menekankan
pentingnya peran aktif seseorang dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Maka
teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendekatan
konstruktivisme. Maksudnya, perkembangan kognitif seseorang disamping
ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga oleh lingkungan social yang
aktif pula.
Teori psikologi yang
dipegang oleh vygotsky lebih mengacu pada kontruktivisme. Karena ia lebih
menekan pada hakikat pembelajaran sosiokultural. Dalam analisisnya,
perkembangan kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri
secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan social secara aktif.
Oleh karena itu,
hal:
1.hukum genetic tentang perkembangan (genetic law of development)
Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua aturan: tataran social lingkungannya dan tataran psikologis yang ada pada dirinya.
2. zonz perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan dalam dua tingkat : tingkat perkembangan actual yang tampak dari kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan masalah secara mandiri, dan tingkat perkembangan potensial yang tampak dari kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas atau pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa.
3. mediasi
Mediator yang diperankan lewat tanda maupun lambing adalah kunci utama memahami proses-proses social dan psikologis. Makanya, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan kognitif vygotsky akan ditemukan dua jenis mediasi. Media metakognitif dan mediasi kognitif.
Media metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan untuk melakukan self regalution (pengaturan diri) yang mencakum: self planning, sekff monitoring, self chechikng dan self evaluation. Media ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi.
Sedang media kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu. Sehingga, media ini bisa berhubungan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya)
Dalam semua literatus yang mengupas tetang teori perkembangan kognitif vygotsky kerap memakjubkan pesan vygotsky yang bernada: “untuk membantu8 anak membangkan pengetahuan yang sungguh-sungguh bermakna adalah dengan cara memadukan antar konsep-konsep dan prosedur mulalui demonstrasi.
Oleh karena itu,
hal:
1.hukum genetic tentang perkembangan (genetic law of development)
Setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua aturan: tataran social lingkungannya dan tataran psikologis yang ada pada dirinya.
2. zonz perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan dalam dua tingkat : tingkat perkembangan actual yang tampak dari kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan masalah secara mandiri, dan tingkat perkembangan potensial yang tampak dari kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas atau pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa.
3. mediasi
Mediator yang diperankan lewat tanda maupun lambing adalah kunci utama memahami proses-proses social dan psikologis. Makanya, jika dikaji lebih mendalam teori perkembangan kognitif vygotsky akan ditemukan dua jenis mediasi. Media metakognitif dan mediasi kognitif.
Media metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotic yang bertujuan untuk melakukan self regalution (pengaturan diri) yang mencakum: self planning, sekff monitoring, self chechikng dan self evaluation. Media ini berkembang dalam komunikasi antar pribadi.
Sedang media kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan pengetahuan tertentu. Sehingga, media ini bisa berhubungan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya)
Dalam semua literatus yang mengupas tetang teori perkembangan kognitif vygotsky kerap memakjubkan pesan vygotsky yang bernada: “untuk membantu8 anak membangkan pengetahuan yang sungguh-sungguh bermakna adalah dengan cara memadukan antar konsep-konsep dan prosedur mulalui demonstrasi.
Pada dasarnya teori-teori Vygotsky
didasarkan pada tiga ide utama: (1) bahwa intelektual berkembang pada saat
individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan
apa yang mereka telah ketahui; (2) bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya
perkembangan intelektual; (3) peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang
pembantu dan mediator pembelajaran siswa.
Sumbangan psikologi kognitif berakar dari
teori-teori yang menjelaskan bagaimana otak bekerja dan bagaimana individu
memperoleh dan memproses informasi. Pandangan yang ditawarkan Vygotsky dan para
ahli psikologi kognitif yang lebih mutakhir adalah penting dalam memahami
penggunaan-penggunaan strategi belajar karena tiga alasan. Pertama, mereka
menggarisbawahi peran penting pengetahuan awal dalam proses belajar. Dua,
mereka membantu kita memahami pengetahuan dan perbedaan antara berbagai jenis
pengetahuan. Dan tiga, mereka membantu menjelaskan bagaimana pengetahuan diperoleh
manusia dan diproses dalam sistem memori otak.
C. Tingkat pengetahuan (scaffolding)
menurut Vygotsky
Tingkat pengetahuan atau
pengetahuan berjenjang ini disebut scaffolding oleh vygotsky, menurutnya
scaffolding ini yang berarti memberikan kepada seorang individu sejumlah
bantuan besar selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi
bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih
tanggung jawab yang semakin besar setelah mampu mengerjakan sendiri. Bantuan
yang diberikan pembelajar dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan,
menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya memecahkan
permasalahan, yaitu (1) siswa mencapai keberhasilan dengan baik, (2) siswa
mencapai keberhasilan dengan bantuan, (3) siswa gagal meraih keberhasilan.
Scaffolding, berarti upaya pembelajar untuk membimbing siswa dalam upayanya
mencapai keberhasilan. Dorongan guru sangat dibutuhkan agar pencapaian siswa ke
jenjang yang lebih tinggi menjadi optimum.
Konstruktivisme
Vygotskian memandang bahwa pengetahuan dikonstruksi secara kolaboratif antar
individual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap individu. Proses
dalam kognisi diarahkan memalui adaptasi intelektual dalam konteks social
budaya. Proses penyesuaian itu equivalent dengan pengkonstruksian pengetahuan
secara intra individual yakni melalui proses regulasi diri internal. Dalam
hubungan ini, para konstruktivis Vygotskian lebih menekankan pada penerapan
teknik saling tukar gagasan antar individual.
Teori Vygotsky adalah
penekanan pada hakikat pembelajaran sosiakultural. Inti teori Vygotsky adalah
menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembelajaran dan
penekanannya pada lingkungan social pembelajaran. Karena menurutnya, funsi
kognitif manusia berasal dari interaksi social masing-masing individu dalam
konteks budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa
bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut
masih dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zona of
proximal development mereka. Zona of proximal development adalah daerah antar
tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan
memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang
didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Berdasarkan teori
Vygotsky di atas, maka diperoleh keuntungan jika:
a. anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau patensinya melalui belajar dan berkembang.
b. Pembelajaran perlu dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya dari pada tingkat perkembangan aktualnya.
c. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya dari pada kemampuan intramentalnya.
d. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintregrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan procedural yang dapata digunakan untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah.
e. Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi lebih merupakan kkonstruksi, yaitu suatu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara brsama-sama antar semua pihak yang terlibat di dalamnya.
a. anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proksimalnya atau patensinya melalui belajar dan berkembang.
b. Pembelajaran perlu dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya dari pada tingkat perkembangan aktualnya.
c. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan kemampuan intermentalnya dari pada kemampuan intramentalnya.
d. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintregrasikan pengetahuan deklaratif yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan procedural yang dapata digunakan untuk melakukan tugas-tugas dan memecahkan masalah.
e. Proses belajar dan pembelajaran tidak sekedar bersifat transferal tetapi lebih merupakan kkonstruksi, yaitu suatu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara brsama-sama antar semua pihak yang terlibat di dalamnya.
A. Pengertian Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam
taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi
intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa
(sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut
kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih
menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek
rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan
teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang
diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada
dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang dosen
diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya dosen tersebut harus
memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi perkuliahan,
pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai mahasiswa dan
sebagainya.
Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi
dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif
mereka sendiri. Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari
perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi).
Kecenderungan organisasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap
organisme untuk mengintegasi proses-proses sendiri menjadi sistem-sistem yang
koheren. Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap
organisme untuk memyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial.
Sedangkan Lev Vygotsky (1896-1934)
menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan,
perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan
masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan. Ia juga
menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari
orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang tersebut. Penekanan
Vygotsky pada peran kebudayaan dan masyarakat di dalam perkembangan kognitif
berbeda dengan gambaran Piaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang
kesepian. Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif
dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian.
Namun, anak-anak tak banyak memiliki fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan,
berfikir dan menyelesaikan masalah.
B. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Menurut Piaget, perkembangan kognitif
mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan
syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan
dunianya; 3) interaksi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam
hubungannya dengan lingkungan sosial, dan 4) ekuilibrasi, yaitu adanya
kemampuan atau sistem mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau
mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.
a.
Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting
karena memungkinkan anak memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman
fisik. Kematangan membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang
hal itu akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan
berlangsung dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan
lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
b.
Pengalaman
Interaksi antara individu dan dunia luar
merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak
cukup untuk mengembangkan pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat
memanfaatkan pengalaman tersebut.
c.
Interaksi Sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa
dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan
struktur kognitif
d.
Ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri
(ekuilibrasi), mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan
maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan perkembangan jasmani yang
menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik.
Dalam pandangan Piaget, anak-anak secara
aktif membangun dunia kognitif mereka dengan menggunakan skema untuk menjelaskan
hal-hal yang mereka alami. Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh
manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini
secara intelektual. Piaget (1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang
bertanggung jawab atas seseorang menggunakan dan mengadaptasi skema mereka:
1.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang
sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung
memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke
dalam skema yang sudah ada sebelumnya.
2.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau
penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema
yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru
sama sekali.
Piaget membagi perkembangan kognitif anak
ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring
pertambahan usia:
1.
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini,
pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori
(koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu bersatu dengan dirinya,
ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan
selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek yang asalnya terlihat
kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari
tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat
perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu
konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia mulai
mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai
bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll.
2.
Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
Tahap ini adalah tahap persiapan untuk
pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak
berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia
melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda
pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum
memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan
materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri anak pada tahap ini belum
memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan.
3.
Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
pada umumnya anak-anak pada tahap ini
telah memahami operasi logis dengan bantuan benda benda konkrit. Kemampuan ini
terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan
dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara
objektif. Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran
logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap
operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak
pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas
logika.
4.
Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan
penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika.
Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa
harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwa berlangsung. Penalaran
terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan
simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki
kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di
antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.
C.
Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Seperti Piaget, Vygotsky menekankan bahwa
anak-anak secara aktif menyusun pengetahuan mereka. Akan tetapi menurut
Vygotsky, fungsi-fungsi mental memiliki koneksi-koneksi sosial. Vygotsky
berpendapat bahwa anak-anak mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis,
logis, dan rasional sebagai akibat dari percakapan dengan seorang penolong yang
ahli.
1.
Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)
Zona Perkembangan Proksimal adalah istilah
Vygotsky untuk rangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak seorang diri
tetapi dapat diipelajari dengan bantuan dan bimbingan orang dewasa atau
anak-anak yang terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal
merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana
antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa
dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau
kerjasama dengan teman sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat keahlian
yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri. Batas atas adalah tingkat
tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh anak dengan bantuan seorang
instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial
akan dapat memudahkan perkembangan anak.
2.
Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat
dukungan. Scaffolding adalah istilah terkait perkembangan kognitif yang
digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan dukungan selama sesi
pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah bimbingan sesuai
tingkat kemampuan anak.Dialog adalah alat yang penting dalam ZPD. Vygotsky
memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan.
Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang
sistematis, logis dan rasional.
3.
Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak menggunakan
pembicaraan bukan saja untuk komunikasi sosial, tetapi juga untuk membantu
mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky yakin bahwa anak pada usia dini
menggunakan bahasa unuk merencanakan, membimbing, dan memonitor perilaku
mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada awalnya berkembang terpisah
dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan
orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam pikiran-pikiran mereka
sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa
untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat transisi dari kemampuan
bicara ekternal menjadi internal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teori Vygotsky merupakan teori yang lebih mengacu pada kontruktivisme.
Karena ia lebih menekan pada hakikat pembelajaran sosiokultural.
konsep teori perkembangan kognitif vygotsky berikut terdapat pada tiga hal:
a) hukum genetic tentang perkembangan (genetic law of development)
b) zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
c) mediasi
2. Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu (1) siswa mencapai keberhasilan dengan baik, (2) siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan, (3) siswa gagal meraih keberhasilan.
konsep teori perkembangan kognitif vygotsky berikut terdapat pada tiga hal:
a) hukum genetic tentang perkembangan (genetic law of development)
b) zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
c) mediasi
2. Vygotsky mengemukakan tiga kategori pencapaian siswa dalam upayanya memecahkan permasalahan, yaitu (1) siswa mencapai keberhasilan dengan baik, (2) siswa mencapai keberhasilan dengan bantuan, (3) siswa gagal meraih keberhasilan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih asrih, belajar dan
pembelajaran, asdi mahasatya: Jakarta, 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar